Welcome to iCa's Scratch. Happy reading! PLEASE REMEMBER: Act creatively, DON'T COPY and PASTE without the original author. Make creations with your own mind, it will be more appreciated than you steal people's work. Thanks♥

Senin, 31 Maret 2014

Masih Pria yang Sama

Kali ini aku benar tidak mabuk ataupun mengigau, aku sadar terlalu pagi ketika rindu kusebar. Sialnya masih tentang kamu. Siapa lagi kalau bukan lelaki yang pernah aku cirikan pada postingan sebelumnya. Pagi ini, namamu melintas. Hanya dengan mendengar saja, jantungku masih dalam debaran yang dahsyat.

Sudah satu bulan terakhir aku tak mengontakmu, sedihnya kamu pula tak berniat mencariku. Terakhir kali aku mengirim pesan singkat, namun nyatanya kamu tak membalas. Sudah dua kali bahkan kamu begitu dan aku kesal, tak mau yang ketiga kalinya akan menjadi sarang kesesakkan. Semua yang tersisa hanya kenangan selama tiga bulan, itupun terhitung dari hari ulang tahunmu, dan belum genap bulan Februari, apa yang ku bilang kebahagiaan berakhir. 

Apa yang merubahmu, aku tak tahu. Nyata aku sangat ingin tahu. Tetapi sesuatu yang membuatku menjadi tahu tak kunjung menghampiri. Aku kini hanya bisa menerka, "Baik, ini permainanmu. Mungkin alasan kamu tak membalas pesanku gara-gara kamu ingin fokus dengan ujianmu. Jadi seusai masa-masa sulit ujianmu itu, pasti kabarmu akan terdengar lagi."
Tetapi bodohnya, ini semakin membuatku berharap lebih. Berharap dia kembali? Bukannya aku sudah berniat melepas? Aku benci saat begini, merindu seseorang yang dianya sendiri lebih mengarah tak peka.

Lebih baik mencinta atau dicinta? Bagiku keduanya menanggung resiko. Ada temanku yang bilang, "Kalau kamu bisa mencintai seseorang dalam jarak jauh, berarti kamu tak melihat dia hanya karena keadaan fisik. Jadi kalau kamu bisa bertahan lama dalam hubunganmu yang rumit itu, aku kira kamu cukup tangguh." 
Ya tangguh dan sabar apa bedanya? Jadi bisa saja kubilang kalau ketangguhan ada batasnya, bukan? Dalam harap yang tak pernah kamu tahu, aku ingin kamu selalu baik-baik saja. Oh iya kamu harus semangat, tinggal dua minggu lagi ujian nasional, Kak! Aku berdoa semoga kita dalam berkat satu kata "Sukses". Biarkan kuasa Roh Kudus yang mengalir. Bukannya aku ngebandel malah enggak belajar atau enggak deg-degan sama sekali, tetapi jujur ini merupakan caraku terapi sebenarnya, karena aku tak tahu bagaimana layaknya rindu ini ku letakkan kalau orang yang ku rindu saja tak mau menerima.

Sebelumnya maaf, aku tak mampu memberi tahu tentang project #30HariMenulisSuratCinta adalah kamu sebagai inspirasinya. Dan tentang semua curhatan yang pernah ku bagi dengan adik manismu, hmm... (mungkin) kamu juga sudah tahu cerita lengkapnya. Bisa kutebak, bagaimana hal itu menjadi alasan kamu menjauh. Kini mentari telah datang menantang. Aku paksa sudahi, lamunan tentangmu hilang.