Malam ini adalah malam Sabtu. Terserah kamu kalau kamu juga ingin menyebutnya sebagai hari valentine. Aku tak peduli. Yang aku pedulikan adalah bagaimana cara mengatasi sepi. Tak lama sepi menghampiri. Apalagi setelah beberapa menit dari menghilangnya kakak berambut keriting itu. Lagi dan seharusnya aku bisa memaklumi tentang menghilangnya dia. Benar, dia hilang dari percakapan singkat yang lagi-lagi sedang ku mainkan di dunia maya. Bodoh, baru saja aku bisa mengingat. Mengingat tentang perihal tulisan yang pernah ditanyakan oleh seorang anonymous pada akun Tumblr yang kumiliki.
Akhir-akhir ini disela-sela ujian praktek sekolah yang tengah kujalani, aku menyempatkan diri sebisa mungkin untuk menulis. Sebut saja aku sedang menyelami hobiku dalam suatu ajang menulis yang diadakan oleh @PosCinta di Twitter. Dalam ajang tersebut project yang ku ikuti adalah #30HariMenulisSuratCinta. Disini para penulis amatir berupaya menyelesaikan tugas untuk berkomitmen menulis selama 30 hari penuh disela-sela rutinitas mereka. Sulit memang, tetapi kalau sudah menjadi hobi, bukankah itu akan menjadi suatu hal yang menyenangkan untuk dikerjakan? :)
Dan di Tumblr ku itulah [http://bubbleagum.tumblr.com] aku lebih sering berpuitis ria.
Kamu tahu? Sampai surat ke-14 yang telah ku tuliskan, kebanyakkan inspirasi yang ada di otak ku berasal dari kakak kelas yang dahulu pernah ku ceritakan padamu pada postingan sebelumnya. Baru kemarin aku membuka blog ku ini, maka baru sadar pula kalau aku pernah bercerita begitu detail tentang orang yang ku kagumi itu. Entah saat ini masih bisa dibilang kagum atau apa, tetapi kalau pesan singkat ku itu tak dibalas olehnya, hariku bisa cemburut mendadak. Nampaknya dugaan benar, kalau dia (kembali) menjadi mood booster'ku untuk 3 bulan terakhir ini.
Untuk kamu yang telah membaca postinganku yang berjudul, "Cinta dan Merindunya dalam Diam" terima kasih banyak. Sampai tiba-tiba aku menemuimu dalam akun Tumblr ku:
Nah yang buat aku penasaran, jadi siapa sebenarnya si anonymous itu?
Rasanya aku mengenalmu,
Namun dari tulisanmu, aku sedikit sebal.
Kamu tahu salahmu?
Pertama:
Kamu mengetikkan nama belakangku dengan ejaan yang salah. Kamu tahu, Tuan? Nama belakang ku bukan dengan "Setyawan" tetapi yang benar adalah "Setiawan." Yah...walapun kalau ketika kamu mengucapkannya akan terdengar sama, tetapi beda ya jelas enggak sama.
Kedua:
Kamu menuliskan, "I'll always love you Zeaneth Annisa..."
Wow kamu berhasil membuat hatiku terbang entah kemana. Namun, kamu pikir kamu siapa? Bukan maksud ku agar kamu berhenti menyayangiku, namun rasanya memiliki sesosok "teman yang selalu mencintai" seseorang seperti ku, sangat terlalu mudah ku anggap istimewa bahkan berlebihan mungkin.
Ketiga:
Mengapa kamu harus menjadi anonymous jika kamu bisa menuliskan nama aslimu? Aku penasaran denganmu. Apalagi ketika kamu bilang, "Jika seseorang yang kamu bilang bertemu di dunia maya itu seandainya benar aku."
Nah, benar aku-nya di kamu itu siapa? Apa benar anonymous sepertimu adalah orang yang sering kuamati kala SD di kota Cikarang, lalu kamu yang pernah menjadi komandan upacara tiba-tiba membuat riuh suasana karena kepingsananmu, lalu kamu yang kuanggap begitu berartinya sapaanmu itu, lalu kurang apalagi yang membuat semua pikiranku tertuju padamu???
Aku dengan segala tanyaku mencoba mencari celah tentang siapa sesosok anonymous. Kamu tahu, anonymous itu bisa ku artikan secara global. Awalnya kukira memang dia, tetapi semua tanya yang ku lontarkan untuknya di dunia maya itu nampaknya mengarahkan ke yang lain. Memang belum secara frontal aku menanyakan padanya, tetapi dari gerak-gerik yang kubaca, memang bukan dia...
Kecewa...
Segala tanya tak nian mereda,
Amarah seakan murka,
Biarkan saja semalam ini mereka bergumam dibenak ku membara,
Dengar Tuan Anonymous, aku menyimpan tanya..
Karena kutipan ini semakin menjadi,
"Pembuat perasaan paling nyata adalah penasaran" - Jejak Sajak