Welcome to iCa's Scratch. Happy reading! PLEASE REMEMBER: Act creatively, DON'T COPY and PASTE without the original author. Make creations with your own mind, it will be more appreciated than you steal people's work. Thanks♥

Jumat, 14 Februari 2014

Tersimpan Tanya Penasaran

Malam ini adalah malam Sabtu. Terserah kamu kalau kamu juga ingin menyebutnya sebagai hari valentine. Aku tak peduli. Yang aku pedulikan adalah bagaimana cara mengatasi sepi. Tak lama sepi menghampiri. Apalagi setelah beberapa menit dari menghilangnya kakak berambut keriting itu. Lagi dan seharusnya aku bisa memaklumi tentang menghilangnya dia. Benar, dia hilang dari percakapan singkat yang lagi-lagi sedang ku mainkan di dunia maya. Bodoh, baru saja aku bisa mengingat. Mengingat tentang perihal tulisan yang pernah ditanyakan oleh seorang anonymous pada akun Tumblr yang kumiliki.


Akhir-akhir ini disela-sela ujian praktek sekolah yang tengah kujalani, aku menyempatkan diri sebisa mungkin untuk menulis. Sebut saja aku sedang menyelami hobiku dalam suatu ajang menulis yang diadakan oleh @PosCinta di Twitter. Dalam ajang tersebut project yang ku ikuti adalah #30HariMenulisSuratCinta. Disini para penulis amatir berupaya menyelesaikan tugas untuk berkomitmen menulis selama 30 hari penuh disela-sela rutinitas mereka. Sulit memang, tetapi kalau sudah menjadi hobi, bukankah itu akan menjadi suatu hal yang menyenangkan untuk dikerjakan? :)
Dan di Tumblr ku itulah [http://bubbleagum.tumblr.com] aku lebih sering berpuitis ria.
Kamu tahu? Sampai surat ke-14 yang telah ku tuliskan, kebanyakkan inspirasi yang ada di otak ku berasal dari kakak kelas yang dahulu pernah ku ceritakan padamu pada postingan sebelumnya. Baru kemarin aku membuka blog ku ini, maka baru sadar pula kalau aku pernah bercerita begitu detail tentang orang yang ku kagumi itu. Entah saat ini masih bisa dibilang kagum atau apa, tetapi kalau pesan singkat ku itu tak dibalas olehnya, hariku bisa cemburut mendadak. Nampaknya dugaan benar, kalau dia (kembali) menjadi mood booster'ku untuk 3 bulan terakhir ini.


Untuk kamu yang telah membaca postinganku yang berjudul, "Cinta dan Merindunya dalam Diam" terima kasih banyak. Sampai tiba-tiba aku menemuimu dalam akun Tumblr ku:


Nah yang buat aku penasaran, jadi siapa sebenarnya si anonymous itu?
Rasanya aku mengenalmu,
Namun dari tulisanmu,  aku sedikit sebal.


Kamu tahu salahmu?
Pertama:
Kamu mengetikkan nama belakangku dengan ejaan yang salah. Kamu tahu, Tuan? Nama belakang ku bukan dengan "Setyawan" tetapi yang benar adalah "Setiawan." Yah...walapun kalau ketika kamu mengucapkannya akan terdengar sama, tetapi beda ya jelas enggak sama.
Kedua:  
Kamu menuliskan, "I'll always love you Zeaneth Annisa..."
Wow kamu berhasil membuat hatiku terbang entah kemana. Namun, kamu pikir kamu siapa? Bukan maksud ku agar kamu berhenti menyayangiku, namun rasanya memiliki sesosok "teman yang selalu mencintai" seseorang seperti ku, sangat terlalu mudah ku anggap istimewa bahkan berlebihan mungkin.
Ketiga:
Mengapa kamu harus menjadi anonymous jika kamu bisa menuliskan nama aslimu? Aku penasaran denganmu. Apalagi ketika kamu bilang, "Jika seseorang yang kamu bilang bertemu di dunia maya itu seandainya benar aku."
Nah, benar aku-nya di kamu itu siapa? Apa benar anonymous sepertimu adalah orang yang sering kuamati kala SD di kota Cikarang, lalu kamu yang pernah menjadi komandan upacara tiba-tiba membuat riuh suasana karena kepingsananmu, lalu kamu yang kuanggap begitu berartinya sapaanmu itu, lalu kurang apalagi yang membuat semua pikiranku tertuju padamu???


Aku dengan segala tanyaku mencoba mencari celah tentang siapa sesosok anonymous. Kamu tahu, anonymous itu bisa ku artikan secara global. Awalnya kukira memang dia, tetapi semua tanya yang ku lontarkan untuknya di dunia maya itu nampaknya mengarahkan ke yang lain. Memang belum secara frontal aku menanyakan padanya, tetapi dari gerak-gerik yang kubaca, memang bukan dia...
Kecewa...
Segala tanya tak nian mereda,
Amarah seakan murka,
Biarkan saja semalam ini mereka bergumam dibenak ku membara,
Dengar Tuan Anonymous, aku menyimpan tanya..
Karena kutipan ini semakin menjadi,
"Pembuat perasaan paling nyata adalah penasaran" - Jejak Sajak 

Sabtu, 01 Februari 2014

Cinta dan Merindunya dalam Diam

Ada masa dimana air mata jatuh ketika rindu menghampiri secara perlahan. Aku mungkin sudah gila. Semenjak ulang tahunmu itu tiba, aku hanya sekedar mengucap kata, "Happy birthday kak!" lalu ada angin apa kau pun menyapa. Kukira selama ini kamu tak mengenalku, ternyata itu salah. Semenjak itupun, kami saling bertegur sapa, berbagi cerita, ia membantu ku dalam mengerjakan tugas, lalu ada masa dimana kami saling melontarkan ledekan, dan tertawa bersama. Namun ketahuilah, semua itu hanya sebatas percakapan kami di dunia maya. Selebihnya aku tak tahu apa yang terjadi.

Aku mungkin terlalu cepat berlari. Sampai kaki ini hilang kendali. Lancang atau bahkan aku terlalu terburu-buru untuk mengungkapkan perasaanku dengannya itu hal bodoh yang ku lakukan. Setelah kejadian malam Rabu tersebut, ku kira perasaan terpendam yang selama ini tak ku ungkapkan akan berkurang. Tetapi lagi-lagi aku salah, justru perasaan itu makin menggeram. Aku semakin kagum terhadapnya. Andai dia tahu, betapa penting dan berartinya ketika dia hanya mengucapkan, "Hai viscaaaa!!!" dalam sebuah pesan singkat. Tiap hari, aku tak bisa lepas dari handphone ku. Apapun semua tentangnya, aku sungguh tertarik. Hati dan mataku telah buta. Buta akan hal semu yang hanya sekedar berlangsung pada dunia maya.

Sedikit cerita tentangnya, dia adalah kakak kelasku semasa aku duduk di Sekolah Dasar di kota Cikarang. Waktu itu aku anak pindahan yang boleh dibilang polos, dan belum tahu kehidupan dunia pinggiran Jakarta. Pada saat itu, aku kelas 5 dan dia kakak kelas ku yang duduk di kelas 6. Dia setingkat lebih tua setahun dibandingkan ku. Entah dari mana awal mulanya perasaan suka itu muncul. Aku hanya sekedar melihat dia dari jauh. Melihat segala gerak-gerik tentangnya yang kadang konyol. Salah satunya ketika dia menjadi komandan upacara, aku tahu dia berada di tengah lapangan menjadi pusat perhatian. Panas pun kian menyengat, aku yang berdiam pada barisan kelasku terus-terusan mengamatinya secara diam-diam. Sepersekian menit kemudian, aku kaget. Apa yang tak menjadi dugaan ku terjadi. Kamu tahu? Kakak itu mendadak terkulai lemas dan pingsan. Semua riuh, salah satu dari guru pun menggotong dia untuk dibawanya ke UKS. Namun, sesaat setelah kejadian itu aku hanya tertegun diam. Tapi lagi-lagi aku tak bisa berbuat apapun.

Lain waktu, berganti cerita. Kini aku cukup sering bertegur sapa dengannya, namun baginya mungkin aku hanya dianggap teman, adik kelas, atau bahkan pengganggu bagi hidupnya. Status tak berubah. Bahkan biarpun perasaan yang telah terungkapkan pun tak menjadi jaminan untuk merubah keadaan. Sulit untuk meyakinkan seseorang apalagi kami terbentang oleh jarak. Dia di Jakarta, sementara aku di Solo.

Malam ini adalah malam yang tanpa kabar darinya. Dan aku memiliki kesempatan untuk  membahagiakan diriku dengan caraku, contohnya yaitu dengan menulis tentangnya. Ini merupakan cara untuk melarikan diri. Lari untuk bersembunyi dari keramaian, sehingga aku bisa memeluk rinduku sendiri. Inginku membuang sebagian rindu ini, namun apa daya hati tak sanggup. Mulut mudah bilang, "Baik, besok aku berhenti. Aku enggak lagi chat sama dia. Aku enggak bakal nyapa dia lagi." Namun hati mental tempe, dia berontak. Hati tak kuasa menahan. Dan kian memaksa untuk merindunya, disisi lain hati juga membujuk ku untuk bersikap egois. Dia berkata, "Udah jangan gegabah. Tunggu dia menyapa kamu terlebih dahulu. Jangan terus-terusan kamu yang menyapanya." Lain hati lain juga dengan otak. Otak pun ikut campur. Ia terus memaksaku untuk tak henti memikirkannya. Ah mengapa semuanya bertentangan seperti ini? Cukup. Apa lagi yang harus ku lakukan? Entah kisah ini akan bermuara kemana...
"Karena cinta dalam diam hanya menyisakan harap yang tak akan pernah terungkap." - @LeaVisca