Malam tenang, sepi meradang
Dingin kian menusuk
Tanpa berselimut, ku hanya menelungkup eratkan kedua kaki
Benar, tak ragu...
Lagi, lagi, dan teruntuk sekian kali,
Aku memeluk rindu
Tuan, bagaimana kabarmu?
Akankah dalam mimpi kita kan bertemu?
Sudikah engkau bertamu,
Menggenapi kisah pilu masa lalu
Tuan, aku tak cukup pintar melupakan
Menahan untuk tak lupa misalnya,
Itu yang justru kerap ku lakukan
Boleh caci aku, kalau Tuan berkenan
Namun apa guna kalau hati telah mati?
Menjadi racun yang membusuk
Mematahkan kelokan aral
Ku mohon, kala pahlawan melintas,
Ia akan segera mengusir sesak ini
Merindumu hanya mengiris hati
Tak usah banyak berandai,
Nyata kamu tak akan kembali
Nyawaku pergi bebas teriak berdansa menari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar