Welcome to iCa's Scratch. Happy reading! PLEASE REMEMBER: Act creatively, DON'T COPY and PASTE without the original author. Make creations with your own mind, it will be more appreciated than you steal people's work. Thanks♥

Rabu, 11 Juni 2014

Flashback Masa SMA

Rintik hujan membawaku menulis tentang kita. Kita yang telah berhasil lepas dari seragam putih abu-abu, dengan segala keluguan, memiliki rasa menang, membawa watak bangga. Memang kalian hebat dan luar biasa, teman!

Ku ingat kembali masa tiga tahun silam, dimana kita belum saling mengenal. Dengan adanya ospek merekatkan kita menjadi satu angkatan SMA Negeri 5 Surakarta 2011/2012. Aku juga ingin berterimakasih, atas masa-masa pembangunan watak. Dimana aku boleh mencicipi pahit manisnya menjadi anggota Pasukan Inti Smaliska. Kita bersama melalui masa dibentak, dihukum dengan push up 10 hitungan untuk kesalahan satu orang dikali banyaknya jumlah anggota dalam satu angkatan, lalu adapula latihan fisik lari keliling stadion manahan sebanyak 20 kali,  kadang setelah pulang sekolah langsung kumpul rapat mendadak, menyebalkan ketika bertemu matahari atau hujan kami tetap berlatih, dan masih banyak lagi.

Masa yang menyenangkan ketika dikelas X, aku boleh mengenal teman baru seperti Utari, Dessy, Irvani, Anis, Laylika, Caesar, dan Novtri. Ya mereka menyenangkan untuk menemani hariku, yang tahu sendiri, aku adalah anak baru yang dulunya SMP ku berasal dari Cikarang. Lupa pengalaman itu, berlari ke kelas XI. Disini aku dan sahabat mulai pisah. Mereka pindah dengan jurusan masing-masing, ada yang di IPA dan IPS. Sebut saja Utari, Dessy, Irvani, dan Novtri. Mereka di kelas IPS 1. Sementara Caesar, Anis, Laylika di kelas IPA 2. Bagus bukan? Dan aku sendirian harus berusaha adaptasi di kelas IPS 2. Disini aku mulai membenahi diri, lalu aku mengenal sahabat seperti Pertiwi, Yuliana, dan Eli. Mereka adalah trio - ranking 3 besar dikelas, kebiasaannya sering nongkrong di perpustakaan. Hihihi bukan mengherankan lagi kalau mereka bisa tembus SNMPTN UNS. Good job girls! :)

Lompat kelas 12, yeah we are senior! Semuanya menjadi gila dan ada beberapa yang berubah watak karena merasa telah menjadi jagoan sekolah. Awal-awal kita berani menatap langit, tetapi diakhir kita menunduk seakan malu-takut. Sedikit tegang dan khawatir menghadapi Ujian Nasional (UN). Kita semakin gila ngalor ngidul ikut les ini-itu. Apalagi gosipnya ada beberapa soal UN yang memakai standar soal SBMPTN. Wow! Semakin puyeng dengan kesibukkan yang ada. Try out yang dihadapi, hasilnya hanya membuat frustasi. Ada masa aku menjadi depresi dan malah malas untuk mengikuti les. Aku hanya berusaha belajar dengan buku soal yang kubeli dan catatan yang diberikan oleh bapak/ibu guru. Tutup telinga, coba hindari gelisah, dan masa bodoh dengan semua yang akan terjadi. 
Hingga akhirnya, tak berujung lama hari itu tiba. Kami UN dengan didampingi pengawas dari SMA Regina Pacis dan SMAN 2 Surakarta. Tiga hari ketegangan UN, telah usai. Aku sejenak bebas, namun disisi lain ada kekhawatiran dengan hasilnya. Bersama teman-teman karib, aku lebih senang main entah kemana. Dari muterin jalanan, terus ke mall, nongkrong makan, atau apapun yang jelas suntuk harus hilang. Hehe

Tanggal 20 Mei 2014, kita diwajibkan untuk memakai pakaian adat. Disana akan diadakan lomba keluwesan berpakaian adat, sembari menunggu pengumuman kelulusan. Ramai-ramai kita wajib datang ke sekolah untuk mendengarkan kabar tersebut. Dag dig dug, aku sangat gugup. Aku berharap satu angkatan SMAN5 Surakarta atau lebih akrab dijuluki Smaliska akan lulus 100%. Acara dimulai pukul 13.00 WIB. Dan aku butuh waktu kurang lebih tiga jam untuk persiapan. Dari entah itu memakai pakaian kebaya, make up, dan tatanan rambut. Yeah! Hebatnya semua ku lakukan sendiri. Masih susah ku lupa ketika aku akan berangkat ke sekolah, tiba-tiba hujan deras membasahi Solo. Wow, aku bersama temanku akhirnya datang terlambat dan acara tentu saja telah dimulai. Kira-kira pukul 15.30 WIB, barulah pengumuman kelulusan diberitahukan. Dan.......Puji Tuhan, kita lulus 100%!!! Semua girang, dan aku hampir menangis bahagia. Tak lupa pula pada hari itu adalah hari pengumuman kelulusan tes ATMI (Akademi Tehnik Mesin Industri). Aku yang awalnya mengikuti tes tulis dan wawancara di Solo, tak menyangka ternyata bisa lolos. Tetapi bingungnya aku ditempatkan di ATMI Cikarang.  Lupa akan hal itu, keesokkannya aku bergegas melanjutkan tes kesehatan disalah satu klinik di Solo. Puji Tuhan, pada tanggal 6 Juni 2014 kemarin, aku dinyatakan lolos dalam seleksi calon maba tersebut. Jadi sekarang tinggal menunggu masa ospek :')

Lanjut lagi, ada moment yang belum bisa kulupa. Ketika pelepasan di Gedung Wanita Manahan tanggal 31 Mei 2014. Semua terlihat cantik dan ganteng dalam pakaian kebaya bagi putri, dan atasan kemeja putih, bawahan celana kain hitam, berdasi bagi putra. Namanya pelepasan, tentu sedih harus meninggalkan teman yang kalem, rusuh, gila, gebetan juga, mantan mungkin haha, guru yang killer, guru yang favorit banget, dan semuanya. Kenangan itu akan selalu ada, dan akan selalu melekat dalam pikiran. Salam sukses buat kalian, teman!





Sabtu, 19 April 2014

Lelaki yang Tak Sempat Kukenal

"Bila ada waktu bertemu, diam dari jauh aku pasti perhatikanmu. 
Bila ada waktu mengenal, akan kupanggil namamu sekuat cakar langit.
Bila ada waktu mengobrol, semoga obrolan kita tak akan menjadi obral aral."
- Lea Visca

Bertemu di tahun yang lalu. Kamu sedang bertugas di gereja dengan memakai baju misdinar. Kamu dan aku saling bertatap mata, namun aku hanya gugup tak mampu tersenyum. Angin darimana, aku menjadi kerap mencari sosok dirimu. Tampang jutek, dingin, pipi chubby dan tatapan matanya, astaga membuat leleh!
Setahun sudah, namun aku juga belum tahu siapa kamu sebenarnya. Aku sempat bertanya ke teman, kalau tak salah kamu berinisial "N", lantas apa semudah itu aku akan percaya? Aku ingin mengenalmu secara langsung. Rasanya konyol. Belum apa-apa kalian menjuluki jatuh cinta, padahal nama dirinya saja aku tak tahu. Pernah pula, karena terlalu penasaran, aku sampai harus mondar-mandir untuk tahu informasi tentangnya. Adalagi, bagaimana bisa dia menyakiti hingga tangis mengalir hanya karena aku ingin bertemu lagi dengannya? Semua rasa memuncak menjadi geregetan. Yah aku geregetan, melihatmu dari sisi bangku gereja dan kamu tak sadar kalau kerap ku perhatikan.

Cerita yang lalu aku cukup sering melihatmu dimisa ekaristi biasa. Tetapi puncak geregetannya sewaktu kamu bertugas dimisa Kamis Putih. Anggap saja ini kebetulan. Ketika gelagatku panik, jujur aku bermaksud mencari sosokmu, tiba-tiba kamu malah muncul dari sisi belakangku. Mata seakan tak percaya. Kamu melewati sisi jalan dan disamping jalan tersebut ada aku yang berdiri mencoba mereflekkan gerakan, agar tingkahku tak terlihat konyol. Haha nyata, jantungku masih berdebar kencang. Aku tersenyum kecil, senang bercampur lega ketika aku bisa melihatmu.

Lambat laun ketika aku ke gereja, aku tak lagi melihatmu bertugas sebagai putra altar. Kamu pergi kemana? Benarkah mungkin kamu sedang menyiapkan Ujian Nasional? Dari namamu saja aku belum kenal, bagaimana aku juga tahu kisaran umurmu? Ah maaf, pikiranku gemar menebak. Tetapi setahun telah berlalu, Ujian Nasional telah terlewati selang beberapa hari yang lalu. Di Paskah tahun ini, seakan tak percaya tiada kamu lagi. Aku juga sudah tak peduli, aku tak ingin mencarimu.
Namun anehnya saat situasi ini aku pijak, kamu malah melintas. Baru saja kemarin, aku yang duduk di bagian luar pintu sekretariat gereja, ada kamu yang memakai pakaian abu-abu, bercelana jeans, masih dengan tampang jutekmu dan tatanan rambut yang tak berubah. Hanya saja, kamu terlihat lebih tinggi! Wow... dengan mudahnya aku tersenyum-senyum sendiri. Lebih mirip orang gila memang.

Baik, untuk sosok laki-laki tampan yang diam-diam ku perhatikan, kamu hebat. Dengan mudah kamu datang secara tak terduga. Dan ketika aku mengira kamu tak ada ditempat aku berdiri, mengapa kamu bisa hadir disana? Tidak banyak inginku, aku berharap ada lagi waktu untuk melihatmu kembali. Apalagi kalau aku boleh mengenal. Aaaaaaa fantastik, aku mau - aku suka - dan aku siap pingsan mendadak! \m/

Senin, 31 Maret 2014

Masih Pria yang Sama

Kali ini aku benar tidak mabuk ataupun mengigau, aku sadar terlalu pagi ketika rindu kusebar. Sialnya masih tentang kamu. Siapa lagi kalau bukan lelaki yang pernah aku cirikan pada postingan sebelumnya. Pagi ini, namamu melintas. Hanya dengan mendengar saja, jantungku masih dalam debaran yang dahsyat.

Sudah satu bulan terakhir aku tak mengontakmu, sedihnya kamu pula tak berniat mencariku. Terakhir kali aku mengirim pesan singkat, namun nyatanya kamu tak membalas. Sudah dua kali bahkan kamu begitu dan aku kesal, tak mau yang ketiga kalinya akan menjadi sarang kesesakkan. Semua yang tersisa hanya kenangan selama tiga bulan, itupun terhitung dari hari ulang tahunmu, dan belum genap bulan Februari, apa yang ku bilang kebahagiaan berakhir. 

Apa yang merubahmu, aku tak tahu. Nyata aku sangat ingin tahu. Tetapi sesuatu yang membuatku menjadi tahu tak kunjung menghampiri. Aku kini hanya bisa menerka, "Baik, ini permainanmu. Mungkin alasan kamu tak membalas pesanku gara-gara kamu ingin fokus dengan ujianmu. Jadi seusai masa-masa sulit ujianmu itu, pasti kabarmu akan terdengar lagi."
Tetapi bodohnya, ini semakin membuatku berharap lebih. Berharap dia kembali? Bukannya aku sudah berniat melepas? Aku benci saat begini, merindu seseorang yang dianya sendiri lebih mengarah tak peka.

Lebih baik mencinta atau dicinta? Bagiku keduanya menanggung resiko. Ada temanku yang bilang, "Kalau kamu bisa mencintai seseorang dalam jarak jauh, berarti kamu tak melihat dia hanya karena keadaan fisik. Jadi kalau kamu bisa bertahan lama dalam hubunganmu yang rumit itu, aku kira kamu cukup tangguh." 
Ya tangguh dan sabar apa bedanya? Jadi bisa saja kubilang kalau ketangguhan ada batasnya, bukan? Dalam harap yang tak pernah kamu tahu, aku ingin kamu selalu baik-baik saja. Oh iya kamu harus semangat, tinggal dua minggu lagi ujian nasional, Kak! Aku berdoa semoga kita dalam berkat satu kata "Sukses". Biarkan kuasa Roh Kudus yang mengalir. Bukannya aku ngebandel malah enggak belajar atau enggak deg-degan sama sekali, tetapi jujur ini merupakan caraku terapi sebenarnya, karena aku tak tahu bagaimana layaknya rindu ini ku letakkan kalau orang yang ku rindu saja tak mau menerima.

Sebelumnya maaf, aku tak mampu memberi tahu tentang project #30HariMenulisSuratCinta adalah kamu sebagai inspirasinya. Dan tentang semua curhatan yang pernah ku bagi dengan adik manismu, hmm... (mungkin) kamu juga sudah tahu cerita lengkapnya. Bisa kutebak, bagaimana hal itu menjadi alasan kamu menjauh. Kini mentari telah datang menantang. Aku paksa sudahi, lamunan tentangmu hilang.

Jumat, 14 Februari 2014

Tersimpan Tanya Penasaran

Malam ini adalah malam Sabtu. Terserah kamu kalau kamu juga ingin menyebutnya sebagai hari valentine. Aku tak peduli. Yang aku pedulikan adalah bagaimana cara mengatasi sepi. Tak lama sepi menghampiri. Apalagi setelah beberapa menit dari menghilangnya kakak berambut keriting itu. Lagi dan seharusnya aku bisa memaklumi tentang menghilangnya dia. Benar, dia hilang dari percakapan singkat yang lagi-lagi sedang ku mainkan di dunia maya. Bodoh, baru saja aku bisa mengingat. Mengingat tentang perihal tulisan yang pernah ditanyakan oleh seorang anonymous pada akun Tumblr yang kumiliki.


Akhir-akhir ini disela-sela ujian praktek sekolah yang tengah kujalani, aku menyempatkan diri sebisa mungkin untuk menulis. Sebut saja aku sedang menyelami hobiku dalam suatu ajang menulis yang diadakan oleh @PosCinta di Twitter. Dalam ajang tersebut project yang ku ikuti adalah #30HariMenulisSuratCinta. Disini para penulis amatir berupaya menyelesaikan tugas untuk berkomitmen menulis selama 30 hari penuh disela-sela rutinitas mereka. Sulit memang, tetapi kalau sudah menjadi hobi, bukankah itu akan menjadi suatu hal yang menyenangkan untuk dikerjakan? :)
Dan di Tumblr ku itulah [http://bubbleagum.tumblr.com] aku lebih sering berpuitis ria.
Kamu tahu? Sampai surat ke-14 yang telah ku tuliskan, kebanyakkan inspirasi yang ada di otak ku berasal dari kakak kelas yang dahulu pernah ku ceritakan padamu pada postingan sebelumnya. Baru kemarin aku membuka blog ku ini, maka baru sadar pula kalau aku pernah bercerita begitu detail tentang orang yang ku kagumi itu. Entah saat ini masih bisa dibilang kagum atau apa, tetapi kalau pesan singkat ku itu tak dibalas olehnya, hariku bisa cemburut mendadak. Nampaknya dugaan benar, kalau dia (kembali) menjadi mood booster'ku untuk 3 bulan terakhir ini.


Untuk kamu yang telah membaca postinganku yang berjudul, "Cinta dan Merindunya dalam Diam" terima kasih banyak. Sampai tiba-tiba aku menemuimu dalam akun Tumblr ku:


Nah yang buat aku penasaran, jadi siapa sebenarnya si anonymous itu?
Rasanya aku mengenalmu,
Namun dari tulisanmu,  aku sedikit sebal.


Kamu tahu salahmu?
Pertama:
Kamu mengetikkan nama belakangku dengan ejaan yang salah. Kamu tahu, Tuan? Nama belakang ku bukan dengan "Setyawan" tetapi yang benar adalah "Setiawan." Yah...walapun kalau ketika kamu mengucapkannya akan terdengar sama, tetapi beda ya jelas enggak sama.
Kedua:  
Kamu menuliskan, "I'll always love you Zeaneth Annisa..."
Wow kamu berhasil membuat hatiku terbang entah kemana. Namun, kamu pikir kamu siapa? Bukan maksud ku agar kamu berhenti menyayangiku, namun rasanya memiliki sesosok "teman yang selalu mencintai" seseorang seperti ku, sangat terlalu mudah ku anggap istimewa bahkan berlebihan mungkin.
Ketiga:
Mengapa kamu harus menjadi anonymous jika kamu bisa menuliskan nama aslimu? Aku penasaran denganmu. Apalagi ketika kamu bilang, "Jika seseorang yang kamu bilang bertemu di dunia maya itu seandainya benar aku."
Nah, benar aku-nya di kamu itu siapa? Apa benar anonymous sepertimu adalah orang yang sering kuamati kala SD di kota Cikarang, lalu kamu yang pernah menjadi komandan upacara tiba-tiba membuat riuh suasana karena kepingsananmu, lalu kamu yang kuanggap begitu berartinya sapaanmu itu, lalu kurang apalagi yang membuat semua pikiranku tertuju padamu???


Aku dengan segala tanyaku mencoba mencari celah tentang siapa sesosok anonymous. Kamu tahu, anonymous itu bisa ku artikan secara global. Awalnya kukira memang dia, tetapi semua tanya yang ku lontarkan untuknya di dunia maya itu nampaknya mengarahkan ke yang lain. Memang belum secara frontal aku menanyakan padanya, tetapi dari gerak-gerik yang kubaca, memang bukan dia...
Kecewa...
Segala tanya tak nian mereda,
Amarah seakan murka,
Biarkan saja semalam ini mereka bergumam dibenak ku membara,
Dengar Tuan Anonymous, aku menyimpan tanya..
Karena kutipan ini semakin menjadi,
"Pembuat perasaan paling nyata adalah penasaran" - Jejak Sajak 

Sabtu, 01 Februari 2014

Cinta dan Merindunya dalam Diam

Ada masa dimana air mata jatuh ketika rindu menghampiri secara perlahan. Aku mungkin sudah gila. Semenjak ulang tahunmu itu tiba, aku hanya sekedar mengucap kata, "Happy birthday kak!" lalu ada angin apa kau pun menyapa. Kukira selama ini kamu tak mengenalku, ternyata itu salah. Semenjak itupun, kami saling bertegur sapa, berbagi cerita, ia membantu ku dalam mengerjakan tugas, lalu ada masa dimana kami saling melontarkan ledekan, dan tertawa bersama. Namun ketahuilah, semua itu hanya sebatas percakapan kami di dunia maya. Selebihnya aku tak tahu apa yang terjadi.

Aku mungkin terlalu cepat berlari. Sampai kaki ini hilang kendali. Lancang atau bahkan aku terlalu terburu-buru untuk mengungkapkan perasaanku dengannya itu hal bodoh yang ku lakukan. Setelah kejadian malam Rabu tersebut, ku kira perasaan terpendam yang selama ini tak ku ungkapkan akan berkurang. Tetapi lagi-lagi aku salah, justru perasaan itu makin menggeram. Aku semakin kagum terhadapnya. Andai dia tahu, betapa penting dan berartinya ketika dia hanya mengucapkan, "Hai viscaaaa!!!" dalam sebuah pesan singkat. Tiap hari, aku tak bisa lepas dari handphone ku. Apapun semua tentangnya, aku sungguh tertarik. Hati dan mataku telah buta. Buta akan hal semu yang hanya sekedar berlangsung pada dunia maya.

Sedikit cerita tentangnya, dia adalah kakak kelasku semasa aku duduk di Sekolah Dasar di kota Cikarang. Waktu itu aku anak pindahan yang boleh dibilang polos, dan belum tahu kehidupan dunia pinggiran Jakarta. Pada saat itu, aku kelas 5 dan dia kakak kelas ku yang duduk di kelas 6. Dia setingkat lebih tua setahun dibandingkan ku. Entah dari mana awal mulanya perasaan suka itu muncul. Aku hanya sekedar melihat dia dari jauh. Melihat segala gerak-gerik tentangnya yang kadang konyol. Salah satunya ketika dia menjadi komandan upacara, aku tahu dia berada di tengah lapangan menjadi pusat perhatian. Panas pun kian menyengat, aku yang berdiam pada barisan kelasku terus-terusan mengamatinya secara diam-diam. Sepersekian menit kemudian, aku kaget. Apa yang tak menjadi dugaan ku terjadi. Kamu tahu? Kakak itu mendadak terkulai lemas dan pingsan. Semua riuh, salah satu dari guru pun menggotong dia untuk dibawanya ke UKS. Namun, sesaat setelah kejadian itu aku hanya tertegun diam. Tapi lagi-lagi aku tak bisa berbuat apapun.

Lain waktu, berganti cerita. Kini aku cukup sering bertegur sapa dengannya, namun baginya mungkin aku hanya dianggap teman, adik kelas, atau bahkan pengganggu bagi hidupnya. Status tak berubah. Bahkan biarpun perasaan yang telah terungkapkan pun tak menjadi jaminan untuk merubah keadaan. Sulit untuk meyakinkan seseorang apalagi kami terbentang oleh jarak. Dia di Jakarta, sementara aku di Solo.

Malam ini adalah malam yang tanpa kabar darinya. Dan aku memiliki kesempatan untuk  membahagiakan diriku dengan caraku, contohnya yaitu dengan menulis tentangnya. Ini merupakan cara untuk melarikan diri. Lari untuk bersembunyi dari keramaian, sehingga aku bisa memeluk rinduku sendiri. Inginku membuang sebagian rindu ini, namun apa daya hati tak sanggup. Mulut mudah bilang, "Baik, besok aku berhenti. Aku enggak lagi chat sama dia. Aku enggak bakal nyapa dia lagi." Namun hati mental tempe, dia berontak. Hati tak kuasa menahan. Dan kian memaksa untuk merindunya, disisi lain hati juga membujuk ku untuk bersikap egois. Dia berkata, "Udah jangan gegabah. Tunggu dia menyapa kamu terlebih dahulu. Jangan terus-terusan kamu yang menyapanya." Lain hati lain juga dengan otak. Otak pun ikut campur. Ia terus memaksaku untuk tak henti memikirkannya. Ah mengapa semuanya bertentangan seperti ini? Cukup. Apa lagi yang harus ku lakukan? Entah kisah ini akan bermuara kemana...
"Karena cinta dalam diam hanya menyisakan harap yang tak akan pernah terungkap." - @LeaVisca

Rabu, 22 Januari 2014

Rindu Lagi

Malam tenang, sepi meradang
Dingin kian menusuk
Tanpa berselimut, ku hanya menelungkup eratkan kedua kaki
Benar, tak ragu...
Lagi, lagi, dan teruntuk sekian kali,
Aku memeluk rindu

Tuan, bagaimana kabarmu?
Akankah dalam mimpi kita kan bertemu?
Sudikah engkau bertamu,
Menggenapi kisah pilu masa lalu

Tuan, aku tak cukup pintar melupakan
Menahan untuk tak lupa misalnya,
Itu yang justru kerap ku lakukan
Boleh caci aku, kalau Tuan berkenan
Namun apa guna kalau hati telah mati?
Menjadi racun yang membusuk
Mematahkan kelokan aral

Ku mohon, kala pahlawan melintas,
Ia akan segera mengusir sesak ini
Merindumu hanya mengiris hati
Tak usah banyak berandai,
Nyata kamu tak akan kembali
Nyawaku pergi bebas teriak berdansa menari